Senin, 25 Oktober 2010

Dialog Dua Hati

"suara persaudaraan"

Duhai kekasih hati
Kugubahkan nasyid ini
Sebagai tanda cinta suci
Dalam naungan Ilahi


Hari demi hari
Bersamamu kulewati
Dalam suka dalam duka
Dalam meniti ridho-Nya

Ikrarkan bersama
Untuk tetap dijalan-Nya
Bahtera rumah tangga
Teladankan rasul mulia

Didik putra-putri
Sebagai amanah Ilahi
Bekali akhlak imani
Jadikan mukmin sejati
Insya Allah…

Selasa, 24 Agustus 2010

Keikhlasan

September 5th, 2006 by chekows

secara teoritis kita sering kali mengatakan bahwa dalam hidup itu mutlak diperlukan adanya keihklasan pada semua sendi. memang wajarlah, yang namanya keikhlasan itu memang indah. dia akan memunculkan ketenangan batin kepada hati yang dihinggapi. sehingga, sesungguhnya ketika kita menginginkan ketenangan hidup yang hakiki maka keikhlasan adalah kunci utamanya. tetapi sekali lagi ini hanyalah teori belaka, sangatlah sulit jika kita ingin merealisasikan keikhlasan dalam hidup. ada manusia yang siap menukarkan kebahagiaannya demi mencapai derajat ikhlas. dan ada pula yang mempublikasikan "keikhlasan" dengan ketidak ikhlasan. "saya ikhlas memberi" kata seseorang, padahal dengan ia berkata seperti itu berarti ia sudah menunjukkan ketidak ikhlasannya terhadap pemberiannya tersebut.
so marilah kita belajar ikhlas yang hakiki….

Saya adalah saya dia adalah dia

mushola Al-Hayat

10-06-2007 pkl 21.47 WOBi

Manusia memang sudah diciptakan sesuai kadarnya, akhirnya saya membuktikan. Capek, walaupun menyiapkan stamina semaksimal mungkin tapi tetep aja kalo seharian cuma istirahat sedikit maka yang ada rasa lelah. Walau besok pagi-pagi saya sudah harus sampai di tempat sepupu saya untuk ke PWT, tapi malem ini saudara sekontrakan minta nemenin ngenet di fasilitas WiFi kampus yang ada di mushola. Saya sedikit merenung, bahwa Alloh SWT menciptakan "setiap" manusia secara unik dengan karakter masing-masing dan memiliki kemampuan serta spesifikasi yang berbeda. Contohnya tentang stamina, walau dasarnya tiap orang diberi bekal organ sama namun pengembangannya tergantung tiap orang. Ada yang rajin dan nggak. Jadi stamina tiap orang pun sulit untuk diratakan secara kuantitatif karena memang relatif (bahasanya bingung ya…maklum capek banget, jujur).

Balik lagi ke perbedaan karakter, nah ini yang menarik. Bahwa Alloh SWT adalah maha kreatif dan maha besar, buktinya tidak ada satupun manusia di bumi ini yang memiliki kemiripan seratus persen. walau kembar, sudah dipastikan sidik jarinya berbeda. Nah ini yang keren, jadi ngapain kalo memang kita sudah diciptakan memiliki karakter begini, begitu trus iri dengan karakter orang lain. Saya pernah ngiri dengan teman tentang karakter ini. Jujur saya adalah peniru sejati dan gampangan meniru. Saya iri orang yang bisa nulis dengan baik, rajin, punya banyak teman, blognya banyak comment, profilenya banyak tersimonial dan comment juga. Namun setelah saya kembali berfikir, toh kan tidak ada standarisasi penilaian seseorang tentang karakter ini. Jadi saya agak menyesal ngiri, bisa jadi itu tanda ketidaksyukuran saya pada Robbul ‘izzati, na’udzubillah.

Dulu pernah orang "dekat" saya menasihati bahwa jadilah diri sendiri. Sekarang saya mencoba untuk menjadi diri sendiri dari pada menjadi orang lain. Saya adalah saya dan dia adalah dia. Saya bukan dia dan dia bukan saya. Tapi proses pencarian dan penyadaran akan jati diripun sulit bahkan amat sulit. Mudah-miudahan saya bisa menjadi diri saya sendiri deh. Malu, bangsa Indonesia sudah dicap sebagai bangsa Plagiator yang hanya bisa meniru namun tidak bisa mengembangkan ide-ide yang baru (gak usah dibahas ya…).

capek nih………………Television………

Sore di Stasiun Beos-Kota, Jakarta Pusat

Bagi saya, hidup itu nggak enak kalo monoton terus. harus dinamis dan ada variasinya.

sore itu, saat pulang dari kantor rasanya masih ada sisa keceriaan, canda dan tawa dari temen-temen yang sejak pagi ngerjain salah seorang staff ADM yang katanya mau di lamar?(he..he). saking masih cerianya, jalan kaki dari kantor ke harco sambil ber gerimis ria kayaknya tidak terasa lagi. Sampai depan Harco jadinya bingung deh, mau naik bus trans Jakarta dari arah Ancol atau mau ke Kota dulu. Akhirnya ada mikrolet M39, hmmm naik aja deh. Oleh sang supir saya dipersilahkan duduk di depan, padahal ada Istrinya yang lagi hamil. wahhh, kikuk banget. “daripada nunggu lama yah naik aja lah pikirku, walau rikuh banget sumpah”. Udah deket stasiun Kota macet total. Langit semakin mendung suasana pulang kerja yang super crowded. Waktu akhirnya terbuang percuma di mikrolet. daripada kikuk clingak-clinguk dan macet, akhirnya dengan tekat yang bulat saya memutuskan untuk turun dan jalan lagi. Hah, lumayan lah dari Pangeran Jayakarta (ujung) ke stasiun Kota.

Grimis masih mengundang he..he.., tapi lumayanlah udara kota jadi lebih sejuk. hari sudah semakin gelap, ditambah mendung pula. Jam menunjukkan pukul 17.15. Naik bus way jam segini pastinya macet banget. belum transitnya ke Harmoni. Jadi dengan tekad yang udah setengah bulat saya membelokkan langkah untuk masuk ke Stasiun. Yang namanya lama tidak naik KRL, bingung juga. Perubahan selama 2 tahun itu sepertinya banyak terjadi. tempat loketnya juga sudah berubah. Setelah beberapa kali nanya, jadinya beli tiket Benteng Expres yang ke arah Tanggerang. Wah ternyata harga tiketnya lebih mahal dibandingkan dengan Bus Trans Jakarta. Tapi mudah-mudahan aman lah.

Jam menunjukkan pukul 17.20, jadwal pemberangkatan masih lama yaitu jam 18.00. Magrib juga masih lama, daripada nanti tidak bisa sholat mending sekarang nongkrong di mushola dulu. Pas depan Mushola’ ada KRL Ekonomi Bogor. Wah ada yang ngelirik dari dalem kereta, wanita berjilbab lebar dan hitam sedang bergelantungan di dalam kereta menunggu pemberangkatan. Astagfirulloh, sempet adu pandangan tapi begitu sama-sama sadar langsung saling menghindar. akhirnya kereta itu berangkat dan view menjadi lebih luas.

Menjelang Magrib, ternyata di depan mushola ada yang dagang makanan. Hm…laper, tapi duitnya terbatas banget nih. Jadi cuma beli minun aja deh. Sedang asiknya minum, tiba-tiba ada anak kecil yang mendekat. “om…bagi duitnya om, saya belum makan…” Anak itu terlihat kurus, kusam dan wajahnya pucat. Memang kamu belum makan?tanyaku. Duh, mau bantu tapi duit juga terbatas. Pas di depan ada yang jual makanan. “ya udah kamu mesen mau makan apa….” kataku. “tapi om, saya boleh ngajak temen saya ngak?” pintanya. waduh duit terbatas banget lagi, “tapi duit om cuma cukup untuk beli satu makanan”… “belinya satu aja, saya makannya berdua”. Ya udah, ngak apa-apa fikirku. Melihat anak itu senang, hati ini juga senang. Walau capek rasanya.

Magrib hampir menjelang, aku seketika itu bergegas ke mushola. Ambil air wudhu, dan menunggu azan magrib. Subhanalloh, mushola yang sekecil itu ternyata sudah dipenuhi orang-orang yang ingin melaksananakan ibadah sholat Magrib berjama’ah. Ternyata orang-orang di Jakarta masih ada yang mempedulikan ibadahnya. Mereka rela berdesak-desakan dan mengantri untuk bisa sholat Magrib.

Selesai Sholat Magrib, tidak sempat untuk dzikir dan do’a lebih lama karena tempatnya mau dipakai oleh yang lain. Selain itu, ternyata kereta Benteng Expres sudah tiba. Saya bergegas memakai sepatu dan menuju ke peron 3 tempat kereta itu parkir.

“Sore itu, pengalaman yang saya alami benar-benar dinamis”

saya berdo’a untuk anak yang sama temui di stasiun kota :

mudah-mudahan Alloh SWT mengangkat derajatnya dan menjadikan ia sebagai pejuang bagi Agama. Dan bisa menjadi generasi pengganti yang baik.

dia dan sebuah ekspresi

"Dia" adalah secercah harapan yang diilhamkan oleh Tuhan kepadaku. Meskipun aku tidak pernah sekalipun berharap padanya. Pengharapan itu muncul dikala diri ini mengalami stagnasi dan keputus asaan dalam menghadapi sebuah penantian panjang dari sebuah konsepsi yang berjudul "jodoh manusia". Keputus asaan yang seharusnya tidak boleh terjadi, karena menurut apa yang kuyakini selama ini bahwa manusia dilarang untuk berputus asa dari rahmat Tuhan. Benar saja, ditengah penantian yang menjemukan datanglah "dia" secara tiba-tiba dan tidak terencana. Seolah Tuhan menegurku bahwa hamba-Nya tidak boleh menyerah begitu saja terhadap hidup. Senantiasa akan muncul ketetapan-Nya dari arah yang tidak diduga-duga. Dia yang sama sekali tidak pernah kupikirkan, meskipun itu hanya angan. Sekarang telah mengisi sebagian dari ruang hati dan volume pikiran.
Dialah harapan itu. Sebuah harapan yang kini ku panjatkan hanya pada Tuhan bukan padanya. Harapan yang kembali menghidupkan rencana-rencana jangka panjang yang hampir saja terkubur. Dialah sebuah paket istimewa lengkap dengan kelebihan dan kekurangan. Dialah yang menebarkan aura positif dalam hidupku. Dialah sebuah ekspresi cinta dan perwujudan Cinta kepada Tuhan.

Jumat, 13 Agustus 2010

Ada yang menghilang di Ramadhan kali ini

Ramadhan telah memasuki hari ke tiga, namun aktivitas tetap jalan seperti biasa. Rutinitas yang pastinya menjemukan, yaitu berangkat kantor, ngerjain kerjaan kalau ada kerjaan dan pulang. Memang di sela-sela aktivitas itu bisa diselipkan ibadah-ibadah tertentu seperti membaca dan mentadaburi Alqur'an serta merenungkan hikmah yang terkandung di dalamnya. Tapi yang namanya manusia tetap aja punya rasa malas untuk melakukannya. Termasuk saya hehehehe. Itulah Ramadhan, dapat merubah situasi seketika. Kantor yang tadinya penuh dengan pembicaraan yang gak jelas arahnya malah kadang nyerempet "hal-hal yang diinginkan", kini menjadi hening. Alhamdulillah setidaknya tidak terjebak dalam pergunjingan atau gosip. Kalau saya lebih banyak aktivitas memperbaiki website kantor yang sampe sekarang belum ketemu juga letak permasalahannya T_T
Berbicara mengenai Ramadhan, hampir ada sesuatu hal yang terlupakan oleh diri saya. Padahal dia menjadi amat berarti bagi saya. Tanpanya mungkin saya tidak bisa menyelesaikan penelitian tugas akhir S1. Setelah melewati hari pertama saya baru ingat kok dia gak ada ya, biasanya menjelang Ramadhan pun banyak orang yang mencarinya. Dia memiliki nama genera latin "Cucumis" sedangkan nama spesiesnya belum teridentifikasi (sp). Memiliki jumlah kromosom diploid 2n=24, beraroma harum seperti melon (karena memiliki kandungan ester)dan memiliki rasa yang hambar namun menyegarkan seperti timun. Orang lebih mengenalnya dengan nama timun suri. Buah ini lah yang berkat perotlongan Alloh pula menjadi obyek penelitian saya. Sekarang saya agak sulit menemukannya. Berbeda dengan Ramadhan tahun lalu. Entahlan, mungkin karena memang kebetulan saya belum menemukannya. Atau memang orang-orang mulai malas untuk menjual buah ini. Padahal timun suri menjadi icon tersendiri di bulan Ramadhan khususnya di daerah saya. I miss you timun suri....

Ramadhan 1431 H

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil 'alamiin segala puji hanya diperuntukan bagi Alloh SWT yang selalu memberikan nikmat tanpa henti dan tiada satu makhluk pun yang dapat menghitung nikmat tersebut. Sehingga, tidaklah pantas bagi kita seorang hamba-Nya untuk tidak bersyukur kepada-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah dan terlimpah kepada uswah hasanah kita semua yaitu Rosululloh SAW sebagai Rahmatan lil 'alamiin yang mengajarkan kebaikan dan menyampaikan risalah-risalah yang diwahyukan oleh Tuhan. Memasuki bulan penuh hikmah ini, tepatnya di hari ke 3 Ramadhan 1431 H saya mengucapkan kepada seluruh sahabat, saudara, rekan, kolega, blogger yang membaca tulisan ini : "Selamat menjalankan Ibdah di bulan Ramadhan 1431 H, semoga segala amal ibadah kita diterima oleh Alloh SWT dan menjadi catatan kebaikan bagi kita di akhirat kelak. Mohon maaf atas segala khilaf yang pernah saya perbuat baik terucap dalam lisan maupun terwujudkan dalam perilaku, yang disengaja maupun tidak".
Banyak hikmah serta pelajaran yang dapat kita renungkan dan kita ambil maknanya selama bulan suci ini. Akan tetapi Ramadhan kali ini terasa sangat berbeda bagi diri saya. Perasaan ruhiyah yang kering serta kesalehan yang menurun. Mudah-mudahan saya tidak menyia-nyiakan kesempatan di mana segala amal kebaikan dibalas dengan ganjaran yang berlipat. Semalam tepatnya, saya baru saja sharing dengan orang yang saat ini mengisi hati saya. Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah, di bulan Ramadhan Alloh SWT menurunkan paket ibadah lengkap di mana tidak ada di bulan lain yaitu tarawih. Di sana lah tempat interaksi kesalehan ritual dan sosial dimana Habluminallah dan Habluminannas bertemu. Ada Sholatnya, Ceramahnya, Sodaqohnya dan Silaturahimnya. Saya secara pribadi memang lebih senang jika melakukan sholat tarawih berjama'ah di rumah, karena merasa lebih khusyuk dan tenang. Namun nasihat semalam itu membuat saya kembali merenungkan betapa kompleksnya makna dari tarawih berjama'ah di masjid. Alloh SWT menegur diri saya melalui lisannya betapa kesalehan itu bukan hanya pada individu saja. Namun juga dalam hal sosial juga. Semoga saya dan pembaca sekalian dapat menjadi muslim yang kaffah. Wallohu'alam