Kamis, 05 Maret 2009

Kesuksesan Dunia menuju Akhirat

Manusia yang hidup di dunia tentu memiliki parameter dan pandangan yang berbeda mengenai kesuksesan. Tentunya amat sangat wajar jika kriteria sukses seseorang berbeda antara satu dengan lainnya, banyak hal yang menjadi penentu bagi sesuatu yang disebut sebagai "sukses" ini. hal ini dipengaruhi oleh cara berfikir, ideologi, interaksi sosial dan keyakinan seseorang. Kesuksesan yang didambakan orang desa mungkin jauh berbeda dengan orang yang tinggal di kota besar. Begitu juga antara kesuksesan yang ingin dicapai oleh seseorang yang berorientasi akhirat amat bertolak belakang dengan orang-orang yang hanya mementingkan dunia. Sehingga, pencapaian kesuksesan ini juga berarti pemilihan seseorang terhadap jalan hidupnya.
Ada yang sukses apabila telah mengumpulkan harta sebanyak-banyak nya tanpa peduli bagaimana caranya dan bagaimana menghabiskannya. Jadi setiap harta yang ada harus dihabiskan.
Banyak orang yang sukses apabila ia dapat membahagiakan orang lain. Ada orang yang mengatakan dirinya sukses apabila tiada lagi hambatan dunia dalam beribadah, artinya ia dapat beribadah dengan tenang dan kebutuhan hidupnya tercukupi. Orang yang terakhir ini ia akan mengejar kesuksesan didunia untuk menuju kesuksesan akhirat. Nabi Muhammad SAW, orang yang telah sukses menjadi urutan pertama dari 100 orang yang paling berpengaruh di dunia (Michael J Hart) pernah berkisah tentang orientasi hidupnya. Beliau mengumpamakan bahwa kita yang ada di dunia ini adalah seorang musafir dalam perjalanan panjang. musafir tersebut beristirahat sementara di bawah pohon yang rindang untuk beristirahat mengumpulkan tenaga dan bekal. Sehingga ia bangkit kembali dan meneruskan perjalanannya. Oleh Rasulullah SAW, kehidupan di dunia diibaratkan tempat peristirhatan bagi musafir yang tentunya hanya sebentar saja. Namun, di waktu yang sebentar itu lantas tidak boleh disiasiakan. Melainkan harus diisi dengan mencari bekal bagi perjalanan selanjutnya. Perjalanan selanjutnya yaitu alam setelah dunia ini. Bekal yang dimaksud tentunya bukan hanya materi namun juga amal dan nilai ibadahnya di sisi Allah SWT. Sehingga ia selamat sampai tempat tujuan akhir dari perjalanan kehidupan.
Dan tempat peristirahatan musafir itu sekarang ini sedang kita alami. Dengan waktu yang amat singkat, sehingga kita harus siap jika sewaktu-waktu kembali meneruskan perjalanan. Sehingga pemanfaatan waktu sangatlah penting. Dalam dunia yang sekarang ini kita dituntut untuk mencari bekal sebanyak-banyak nya untuk mempersiapkan perjalanan yang masih sangat jauh.

Tidak ada komentar: